5 Fakta di balik mitos-mitos virus Corona

Jakarta – Pandemi sudah berlangsung sekitar setengah tahun, tapi masih banyak mitos beredar tentang virus Corona. Ketahui faktanya agar tidak tersesat.

1. Usia muda kebal COVID-19

Bulan lalu sebuah rumah sakit di Sheffield melaporkan sebuah bayi berusia 13 hari meninggal tanpa ada masalah kesehatan yang mendasarinya. Hal ini membuktikan bahwa orang-orang yang berusia muda juga bisa terinfeksi virus Corona. Bahkan di Inggris sudah ada 20 pasien dibawah usia 19 tahun yang meninggal karena virus Corona.

Terbukti anak-anak dan bayi bahkan bisa terinfeksi.

2. Masa darurat virus COVID-19 sudah lewat

Menurunnya jumlah kematian yang dilaporkan di beberapa negara mengasumsikan jika masa darurat atau masa bahaya dari virus ini sudah lewat. Hal ini bisa membuat banyak orang merasa terlalu percaya diri

Pandemi belum berlalu dan angkanya pun terus meningkat. Gelombang kedua pun perlu di antisipasi

3. Cuaca hangat bisa menurunkan jumlah kasus

Cuaca dan suhu yang hangat disebut bisa mengurangi infeksi, karena saat berada di luar rumah bisa lebih mudah untuk menjaga jarak, selain itu komponen virus juga di sebut bisa rusak saat di bawah sinar matahari. namun independen scage dari SAGE menegaskan bahwa penyebaran atau penularan virus saat berada di luar rumah justru lebih mudah terjadi.

Tidak ada bukti kuat bahwa musim panas bisa mengakhiri pandemi.

4. Hanya bisa tertular dari orang yang bergejala

Virus Corona menular lewat droplet orang yang terinfeksi saat batuk, bicara maupun bersin. Tetapi virus ini juga bisa bertahan lama pada permukaan yang menjadi tempat jatuhnya droplet tersebut dan bisa bertahan hingga beberapa hari.

OTG atau orang yang tidak bergejala justru sering menjadi super spreader

5. Penggunaan masker tidak efektif cegah penularan virus

Ada yang mengatakan penggunaan masker hanya perlu di lakukan saat menggunakan transportasi umum saja. Tetapi bukti kuat mengatakan penggunaan masker secara luas bisa mengurangi penyebaran virus tersebut. Hal itu telah dibuktikan oleh Jepang yang melaporkan 20 ribu kasus baru tetapi jumlah kematiannya kurang dari seribu sementara di Amerika serikat jumlah kasus barunya mencapai 3 juta dan 130 ribu kematian

Apa bedanya?

Di Jepang budaya menggunakan masker kembali di lakukan setelah terakhir diterapkan saat epidemi flu Spanyol melanda di tahun 1919. Sementara di AS malah protes untuk menentang penggunaan masker

Apalagi…. Tidak pakai masker

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai